Sepotong hati yang baru, separuh perasaan yang menggema, asing tak biasa, namun luar biasa.. 

Luka-luka yang sekian lama telah menjalari sebagian besar pertahanan tubuhku, sempat kembali menganga, mengeluarkan darah segar berwarna merah pucat. Lagi-lagi meluluh lantahkan, tak kuasa apapun yang kujadikan tameng namun itu semua tetap menembus luka itu, menyakitkan, sekali.. 

Masih haruskah bertahan dalam diam, kebisuan, dan tindak-tanduk tak bermakna? menikmati setiap getiran rasa sakit yang akan tetap menyakitkan jika dibiarkan berlarut-larut. Cepat atau lambat luka itu benar-benar akan membusuk. Tidak, tidak seperti yang kau bayangkan. Tak seseram seperti apa yang ada dalam imaji hebatmu, ini sederhana, namun tetaplah yang namanya luka akan tetap menjadi sesuatu yang menyakitkan dan mengalami pembusukan jika dibiarkan terbuka, menganga, tanpa sebuah pengobatan. 

Kini masih kurasakan. Luka disela-sela hatiku itu masih ada. Traumatik berkepanjangan, rasa bersalah, kasih sayang yang tersisa, dan harapan yang membumbung tinggi. Berkecamuk menjadi satu, menjadi bagian keseharian yang tak pernah lepas dari setiap pergerakan. Tersiksa, telah menjadi barang pasti, telah menjadi ketentuan yang tergaris, dan tak bisa digubris. 

Lantas? bolehkan 'aku' ditimang-timang oleh penderitaan itu? lalu aku biarkan semua rasa sakit itu menyerangku dan mengkerdilkan posisiku sebagai manusia yang seharusnya dapat menguasai rasa? jika iya, bahkan mungkin 'aku' lantas mempercundangi diriku sendiri dengan menyerahkan secara 'cuma-cuma' perasaan yang harusnya ku jaga kehormatannya, dan kulindungi keistimewaannya..

 

Sepotong hati yang baru, yang Engkau 'hadiahkan'.. boleh dikata tengah bekerja, menambal tiap-tiap lubang hati yang jika dibiarkan saja akan terus membesar dan mendalam. Sepotong hati yang baru, merah tebal, menandakan lebih kuat, lebih tegar, dan lebih mampu bertahan.. Kini tengah bergerak menutup rapat-rapat luka yang hampir saja membusuk. Engkau memang selalu tepat waktu, Engkau memang selalu mengerti aku. Disetiap ketidak berdayaan Engkau kembali turunkan kekuatan yang menjadikanku lebih tegar untuk kembali menata serpihan-serpihan hati yang dulu 'hampir' musnah, termakan kebencian, kerinduan, dan pengharapan yang luar biasa mengganggu ketenanganku.

Terimakasih, sepotong hati yang baru dariMu.. mulai mendewasakanku. Kesalahanku, dosa-dosaku, dan aib masa lalu yang menjadi 'luka' itu sedikit banyaknya telah membuatku menerima dengan tulus, bahwa hidup memang butuh keseimbangan. Tak mesti dengan alur yang membahagiakan, namun harus selalu mendewasakan walau dengan cara yang menyakitkan sekalipun..

Oh Tuhan..
Terimakasih, pelajaran hebat yang Engkau suguhkan dalam rentetan perjalanan hidupku, lebih dari itu semuanya menambah keyakinanku, bahwa Engkau adalah cinta di atas cinta yang sesungguhnya. Bahwa mencintaiMu adalah suatu kepastian yang aku butuhkan. Bahwa menyerahkan hidup matiku kepadaMu adalah sebuah kebahagiaan.. 

Sepotong hati yang baru, yang engkau berikan, adalah pemahaman yang benar. Cinta memang harus dijaga kehormatannya. Cinta harus dijunjung kebenarannya. Maaf, si kerdil sepertiku telah banyak mengecewakanMu dengan 'alibi cinta' pada makhluk yang jelas-jelas tak lebih berarti dariMu.

Ampuni si lumpuh sepertiku, yang sempat mengabaikanMu..
Sepotong hati yang baru, kini menjadi bagian paling utuh dalam diriku untuk terus berkomitmen mencintaiMu.. Mencintai cinta yang lebih agung dari cinta. 

Azza Wajalla..


*Sengaja mengambil judul potingan "Sepotong hati yang baru" yang merupakan judul buku karangan Darwis Tere Liye.. Belum baca bukunya, namun sungguh dari judulnya saja sedikit banyak telah memberi saya sebuah inspirasi untuk membuat postingan ini.. Judul yang sederhana, tapi memberikan pemahaman baru tentang sebuah "kebangkitan" dan "semangat baru". Sepotong hati yang baru, yang semoga bisa menyembuhkan sepotong hati yang lalu yang sempat rusak ataupun sakit karena pemahaman yang salah akan mendefinisikan rasa yang diterjemahkan hati..
:)