Kamu tahu apa mimpiku?
Melihat kamu menggendong tas ransel itu. Berjalan di koridor depan sekolah. Langkah tegapmu, mata berbinarmu, ku tangkap sosok itu. Mendekat, semakin dekat. Lalu melambaikan tanganmu. Menyapaku dengan wajah khasmu. Aku hanya berani bersembunyi di balik pintu kelas. Tersenyum malu-malu, membalas lambaian tanganmu. Kamu tahu? pagi seperti itu adalah mimpi dan angan dalam tidurku.
Kamu yang selalu terlihat tenang di dalam perpustakaan saat orang-orang sibuk hilir mudik menuju kantin sekolah. Tempat makan di tanganku, semoga kamu suka makan siang buatanku kali ini. Aku tahu, ibu perpus akan marah jika ia tahu aku diam-diam mengantarkan makanan itu kepadamu. Berulang dan terus berulang. Tak peduli omelan menyerang. Aku lebih suka jika kamu lahap menghabiskan apa yang aku hidangkan. "Terimakasih" ucapmu seraya membersihkan bekas makan dipipi kananmu. kamu tahu? itu bahagiaku.
Ini semester akhir kita mengenakan seragam putih abu. Kelulusan sebentar lagi. Aku tahu, lembaran kertas itu. Cita-cita dan mimpi-mimpimu tertulis disana. Kamu selalu bersemangat saat kita membicarakannya. Kamu selalu bilang "apa yang tertulis disini, akan aku wujudkan. Universitas idamanku, menjadi mahasiswa berprestasi, menjadi wisudawan terbaik". Kini semuanya akan segera dimulai. Kamu akan berjalan dan meraih impian-impianmu.
Saat kamu berdiri di podium, memberi sambutan sebagai lulusan terbaik sekolah kita. Energimu, semangatmu yang menderu. Tepuk tangan riuh memenuhi gedung, semua bangga kepadamu, termasuk aku. Kamu tahu? aku duduk di kursi ketiga paling belakang, memperhatikanmu, memotret momen terbaik saat itu.
Tak salah dugaanku. Semua yang kamu tulis satu persatu menjadi nyata. kini kamu telah menjadi mahasiswa di universitas idamanmu. Walau kini kita tak bersama seperti SMA dulu, tapi aku tetap tahu bagaimana kabarmu, seperti apa prestasi belajarmu. Aku bangga, sempat menjadi sahabatmu.
Iya.. sahabatmu. Kamu sering bilang. Bersama ataupun tidak, kita akan tetap seperti dulu. Berbagi cerita.Tertawa bersama walaupun kini kita beda kota. Aku iyakan saja. Bukankah memang seperti itu seorang sahabat?
Bukankah banyak cerita sahabat jadi cinta? aku mencintaimu, tapi aku hanya sahabat untuk kamu? ini cerita kolosal. Mungkin banyak orang bosan mendengar ataupun membacanya. Ada salah satu pihak memiliki rasa berbeda, dan pihak itu adalah aku.
Iya, aku mencintaimu sejak dulu. Sejak kamu di koridor itu. Sejak matamu selalu sibuk membaca buku-buku di tanganmu. Sejak kamu sering bercerita impian-impianmu, aku jatuh cinta ketika mulutmu selalu bercerita panjang lebar tentang keseharianmu. Polosnya aku, aku kira semua itu juga cinta. ah, aku selalu senyum-senyum sendiri jika membahasnya. Kamu selalu bilang, persahabatan adalah segalanya. Padahal saat itu, saat kamu mengenalkan aku kepada teman-temanmu, aku selalu berharap kau bilang 'ini kekasihku'. Aku sering menertawakan diriku sendiri kala itu.
Kalimat-kalimatku berantakan disini. Aku tak maksud membicarakanmu dengan kata-kataku yang tak beraturan. Aku hanya ingin menceritakan impianku. Iya impianku, yang semua itu adalah: kamu.
Kamu yang menggandeng tanganku. kamu yang mengelap keringat di dahiku. Kamu yang selalu menceritakan aku sebagai kekasihmu. Kamu yang mengantarkanku sampai gerbang rumah. Kamu yang mengajakku makan malam romantis. Kamu yang selalu bilang 'aku sayang kamu' saat menutup telpon. Kamu yang mengatakan 'maukah kamu menjadi istriku?'. Kamu yang bilang pada ayah bahwa kamu ingin menikahi putrinya. Kamu yang berkeringat dingin saat mengucap janji di upacara pernikahan kita. Kamu yang menutup kedua mataku saat kamu membelikanku rumah baru. Kamu yang tersenyum ketika aku terbangun dari tidur. Kamu yang memeluk pinggangku dari belakang saat aku menyiapkan sarapan pagi untukmu. Kamu yang selalu mengatakan 'enak' padahal aku memasak nasi goreng keasinan. Kamu yang selalu melambai tangan saat motormu melaju menuju kantor. Kamu yang selalu mengendap masuk jika pulang kemalaman, karena kamu selalu takut jika aku yang tertidur di sofa terbangun mendengar suara sepatumu. Kamu yang mencium keningku dan memakaikan aku selimut. Kamu yang terlihat haru saat aku bilang 'aku telat dua minggu. Perutku terasa mual akhir-akhir ini'. Kamu yang menggendong bayi mungil itu. Kamu yang rela terbangun setiap malam hanya untuk bergantian denganku menjaga bayi kita. Kamu yang mengajarinya mengayuh sepeda. Kamu yang mengobati lukanya saat terjatuh. Kamu yang menemaniku melihatnya tumbuh. Bersekolah, kuliah, menikah. Kita punya cucu. Kamu yang sampai detik itu tetap bilang 'sayangku yang cantik, aku mencintaimu' walaupun kala itu, wajahku sudah mengeriput, rambutku telah putih, dan pendengaranku sudah tidak terlalu baik. Kamu yang menangis ketika dokter mengatakan 'istri anda sudah beristirahat dengan tenang'. Kamu yang mencium nisanku. Kamu yang selalu mengenang kepergianku dengan senyum ikhlasmu. Kamu yang selalu mengingat semua cerita kita dulu. Kamu yang bahagia memiliki aku..
Apakah deretan mimpiku, sudah lebih panjang dari mimpimu? aku rasa sekarang kamu tengah menertawakan itu.
Kamu selalu berkata 'jodoh itu ada di tangan Tuhan. Semuanya sudah diatur'. Dan sekarang aku ingin bilang. 'aku ingin berjodoh denganmu'. Kamu setuju? jika iya, tolong aamiin-kan saja do'aku :)
Melihat kamu menggendong tas ransel itu. Berjalan di koridor depan sekolah. Langkah tegapmu, mata berbinarmu, ku tangkap sosok itu. Mendekat, semakin dekat. Lalu melambaikan tanganmu. Menyapaku dengan wajah khasmu. Aku hanya berani bersembunyi di balik pintu kelas. Tersenyum malu-malu, membalas lambaian tanganmu. Kamu tahu? pagi seperti itu adalah mimpi dan angan dalam tidurku.
Kamu yang selalu terlihat tenang di dalam perpustakaan saat orang-orang sibuk hilir mudik menuju kantin sekolah. Tempat makan di tanganku, semoga kamu suka makan siang buatanku kali ini. Aku tahu, ibu perpus akan marah jika ia tahu aku diam-diam mengantarkan makanan itu kepadamu. Berulang dan terus berulang. Tak peduli omelan menyerang. Aku lebih suka jika kamu lahap menghabiskan apa yang aku hidangkan. "Terimakasih" ucapmu seraya membersihkan bekas makan dipipi kananmu. kamu tahu? itu bahagiaku.
Ini semester akhir kita mengenakan seragam putih abu. Kelulusan sebentar lagi. Aku tahu, lembaran kertas itu. Cita-cita dan mimpi-mimpimu tertulis disana. Kamu selalu bersemangat saat kita membicarakannya. Kamu selalu bilang "apa yang tertulis disini, akan aku wujudkan. Universitas idamanku, menjadi mahasiswa berprestasi, menjadi wisudawan terbaik". Kini semuanya akan segera dimulai. Kamu akan berjalan dan meraih impian-impianmu.
Saat kamu berdiri di podium, memberi sambutan sebagai lulusan terbaik sekolah kita. Energimu, semangatmu yang menderu. Tepuk tangan riuh memenuhi gedung, semua bangga kepadamu, termasuk aku. Kamu tahu? aku duduk di kursi ketiga paling belakang, memperhatikanmu, memotret momen terbaik saat itu.
Tak salah dugaanku. Semua yang kamu tulis satu persatu menjadi nyata. kini kamu telah menjadi mahasiswa di universitas idamanmu. Walau kini kita tak bersama seperti SMA dulu, tapi aku tetap tahu bagaimana kabarmu, seperti apa prestasi belajarmu. Aku bangga, sempat menjadi sahabatmu.
Iya.. sahabatmu. Kamu sering bilang. Bersama ataupun tidak, kita akan tetap seperti dulu. Berbagi cerita.Tertawa bersama walaupun kini kita beda kota. Aku iyakan saja. Bukankah memang seperti itu seorang sahabat?
Bukankah banyak cerita sahabat jadi cinta? aku mencintaimu, tapi aku hanya sahabat untuk kamu? ini cerita kolosal. Mungkin banyak orang bosan mendengar ataupun membacanya. Ada salah satu pihak memiliki rasa berbeda, dan pihak itu adalah aku.
Iya, aku mencintaimu sejak dulu. Sejak kamu di koridor itu. Sejak matamu selalu sibuk membaca buku-buku di tanganmu. Sejak kamu sering bercerita impian-impianmu, aku jatuh cinta ketika mulutmu selalu bercerita panjang lebar tentang keseharianmu. Polosnya aku, aku kira semua itu juga cinta. ah, aku selalu senyum-senyum sendiri jika membahasnya. Kamu selalu bilang, persahabatan adalah segalanya. Padahal saat itu, saat kamu mengenalkan aku kepada teman-temanmu, aku selalu berharap kau bilang 'ini kekasihku'. Aku sering menertawakan diriku sendiri kala itu.
Kalimat-kalimatku berantakan disini. Aku tak maksud membicarakanmu dengan kata-kataku yang tak beraturan. Aku hanya ingin menceritakan impianku. Iya impianku, yang semua itu adalah: kamu.
Kamu yang menggandeng tanganku. kamu yang mengelap keringat di dahiku. Kamu yang selalu menceritakan aku sebagai kekasihmu. Kamu yang mengantarkanku sampai gerbang rumah. Kamu yang mengajakku makan malam romantis. Kamu yang selalu bilang 'aku sayang kamu' saat menutup telpon. Kamu yang mengatakan 'maukah kamu menjadi istriku?'. Kamu yang bilang pada ayah bahwa kamu ingin menikahi putrinya. Kamu yang berkeringat dingin saat mengucap janji di upacara pernikahan kita. Kamu yang menutup kedua mataku saat kamu membelikanku rumah baru. Kamu yang tersenyum ketika aku terbangun dari tidur. Kamu yang memeluk pinggangku dari belakang saat aku menyiapkan sarapan pagi untukmu. Kamu yang selalu mengatakan 'enak' padahal aku memasak nasi goreng keasinan. Kamu yang selalu melambai tangan saat motormu melaju menuju kantor. Kamu yang selalu mengendap masuk jika pulang kemalaman, karena kamu selalu takut jika aku yang tertidur di sofa terbangun mendengar suara sepatumu. Kamu yang mencium keningku dan memakaikan aku selimut. Kamu yang terlihat haru saat aku bilang 'aku telat dua minggu. Perutku terasa mual akhir-akhir ini'. Kamu yang menggendong bayi mungil itu. Kamu yang rela terbangun setiap malam hanya untuk bergantian denganku menjaga bayi kita. Kamu yang mengajarinya mengayuh sepeda. Kamu yang mengobati lukanya saat terjatuh. Kamu yang menemaniku melihatnya tumbuh. Bersekolah, kuliah, menikah. Kita punya cucu. Kamu yang sampai detik itu tetap bilang 'sayangku yang cantik, aku mencintaimu' walaupun kala itu, wajahku sudah mengeriput, rambutku telah putih, dan pendengaranku sudah tidak terlalu baik. Kamu yang menangis ketika dokter mengatakan 'istri anda sudah beristirahat dengan tenang'. Kamu yang mencium nisanku. Kamu yang selalu mengenang kepergianku dengan senyum ikhlasmu. Kamu yang selalu mengingat semua cerita kita dulu. Kamu yang bahagia memiliki aku..
Apakah deretan mimpiku, sudah lebih panjang dari mimpimu? aku rasa sekarang kamu tengah menertawakan itu.
Kamu selalu berkata 'jodoh itu ada di tangan Tuhan. Semuanya sudah diatur'. Dan sekarang aku ingin bilang. 'aku ingin berjodoh denganmu'. Kamu setuju? jika iya, tolong aamiin-kan saja do'aku :)
0 Komentar