Jika rasa ini terus memburu,
apa yang harus aku katakan pada waktu?
Lelah bersembunyi di dalam senyap,
pantaskah semuanya beradu?
Ataukah harus tetap ku tutup rapat-rapat,
dan kubur dalam-dalam?
Satu, dua, tiga yang terus tumbuh hingga akhirnya berbuah ranum.
Sesekali nafas yang begitu sesak, berusaha meyakinkan: ayo katakan.
Ah nyaliku ciut..
Lagi-lagi kepalaku hanya bisa menunduk.
Badanku masih terduduk.
Mungkin baginya aku pengecut..
 Terus-terusan berlari, mencari pupuk.
Tapi tak pernah mau mengambilnya sampai kepucuk
Haruskah aku bilang ini rindu?
Jika melihat kearahku saja rasanya ia tak perlu?
Mungkinkah aku katakan: “ku kagumimu”
Kalau baginya aku hanya bayang yang sekali berlalu?

Malam ini, bulan bulat bundar ada di depan mata. Dengan iringan suara merdu seorang muadzin, jari-jariku nakal menuliskan itu. Ini bukan tentangku. Hanya saja ingin ku sampaikan, rindu itu manis rasanya jika yang kau rindukan merindukanmu juga. Jadi untuk apa kau terus-terusan diam, jika berkatapun tak merugikanmu? :) Oh iya, aku tidak tarawih malam ini. Iya.. wanita memang istimewa, kan? :D