Tiba-tiba saja perasaan tak berdasar itu muncul lagi kepermukaan. Setelah -sepertinya- sudah mati-matian untuk mendistraksi hal apapun yang berkaitan tentang kamu, saya harus kembali lagi berusaha mati-matian untuk lupa. Ah iya, kata orang jangan memaksa bukan? Tapi tentu, kamu hapal betul bagaimana saya dan segala keinginan saya untuk sedikit saja terbebas dari bayangan kamu, saya sangat ingin betul-betul lupa, setidaknya sebentar saja.

Kamu dan segala opini lugas tentang politik Indonesia yang kacau. Kekehan pelanmu kala aku berkata "Paijo, gue ga ngerti ah" dan langsung kamu balas dengan uluran tangan yang mengacak pucuk kepalaku yang tertutup jilbab. "ada ya, -yang katanya- mahasiswa fisip tapi males bahas issue politik Indonesia?" ucapmu sedikit meledek.

Lalu begini aku. Mengucap rindu dengan sedikit penahan pilu, memutar sedikit bagian-bagian kenangan yang dibuat olehmu.

Auriga, boleh saya rindu? Boleh saya menjelajah sorot matamu seperti dulu?