Aku penasaran.
Bagaimana kabarmu? Baik-baik bukan? Masih sering baca novel roman picisan? Atau kamu jadi lebih senang membaca resep masakan dan kue ringan?
Bagaimana wajah dan parasmu? Masih kah kamu sering kebingungan karena punya jerawat bruntusan? Atau jadi punya banyak kerutan? Ah biar saja, bukankah paras rupawan bukan sesuatu yang kamu agungkan? Bukankah bagimu hati yang baik akan tetap paling menawan?
Seingatku kamu mau punya 2 putra dan 1 putri, apa sudah terealisasi? Tapi berapapun yang kamu punyai, semoga mereka lucu-lucu dan jadi sosok-sosok pelipur hati.
Bagaimana, sudahkah bergabung dengan Femina? Sudah jadi editor ternama? Atau si belahan jiwa hanya mau kamu jadi ibu rumah tangga dan mengurus anak saja? Kalaupun kamu tengah menjalani keduanya, alhamdulillah, kamu tak salah memilih belahan jiwa. Bukankah bagimu suami bijaksana adalah ia yang tetap mendukung impian istrinya? Tapi, jadi apa saja lah ya, toh dua-duanya adalah mimpimu di masa muda.
Kamu masih panikan dan tak sabaran? Masih sering menggerutu dan terburu-buru? Masih pelupa dan kadang banyak tanya? Ayo lah, pelan-pelan berubah ya, kan katanya sudah dewasa..
Lalu, siapa pria pujaan hati yang kamu pilih menjadi suami? Ia humoris atau lebih senang memberimu hal-hal romantis? Bagaimanapun ia, yang penting selalu memahami isi kepalamu yang kadang tak terduga itu ya. Semoga ia tetap ada ketika tawamu menggema, tetap setia walau tangismu luruh tak terkira. Ia yang kamu cinta, ia yang berjuang bersamamu untuk membangun surga. Baik-baik padanya, kau tahu kan ridho Allah adalah tergantung ridhonya.
Dear Dini 10 tahun lagi, semoga kamu selalu berbesar hati dengan tidak menyalahkan diri sendiri walaupun mimpimu tidak semuanya kamu miliki. Percayalah, 10 tahun sebelum kamu membaca ini, kamu tengah berjuang mati-matian untuk studi dan juga masa depan yang saat ini kamu ingini.
Walau kamu kadang malas-malasan, walau sering kali mulutmu mengeluarkan banyak keluhan, sebetulnya kamu tengah bekerja ampun-ampunan. Mungkin yang tengah kamu jalani yang sedang kamu miliki adalah takdir paling hakiki. Jadi, jangan benci dirimu sendiri, bersyukurlah dan berbesar hati.
Kalau Allah kasih kesempatan, kalau waktu mengijinkan, balas surat ini ya, Dini di masa depan.
Dariku, dirimu 10 tahun lalu. Untuk diriku 10 tahun mendatang.
0 Komentar